Kaniya’s Birth Story

Kaniya Safa Paramastri, sebuah nama yang penuh dengan doa dari saya dan Mas Eko untuk Kaniya.

👶 Kaniya : Jalan penghidupan yang merdeka dan bahagia
👶 Safa : Bersih dan tenang
👶 Paramastri : Cantik seperti bidadari

Pagi di awal Oktober diwarnai dengan rasa senang sekaligus deg-degan karena flek darah mulai keluar. Saat itu usia kandungan saya memasuki 38 minggu. Saya langsung menghubungi bidan untuk memastikan apa langkah selanjutnya yang harus saya lakukan. Bidan bilang, tunggu kontraksi teratur saja baru datang atau boleh jika ingin dicek hari itu juga. Meski agak khawatir, saya memilih menunggu gelombang cinta itu di rumah, sambil terus latihan napas dan main-main di atas gymball.

Malamnya saya lalui dengan rasa mulas yang masih bisa saya nikmati, saya sedikit bisa tidur di sela-sela jeda kontraksi. Saya download aplikasi penghitung kontraksi dan menurut saya kontraksi mulai agak teratur, meski kadang masih lompat dari 5 menit sekali, lalu 10 menit sekali, dan kembali lagi menjadi 6 menit sekali. Namun, pagi tanggal 2 Oktober saya dan suami memutuskan untuk datang ke klinik. Setelah sampai di ruang pemeriksaan, bidan melakukan pengecekan dalam dan ternyata sudah pembukaan 1. Namun, bidan bilang jangka waktu dari pembukaan 1 ke pembukaan berikutnya bisa 3 hari sampai 1 minggu. Mendengar itu, saya lumayan excited karena berarti gak lama lagi saya akan ketemu bayi yang selama 9 bulan ini nendang-nendang lucuk di rahim saya.

Malam berikutnya saya lalui dengan kontraksi yang lebih nikmat dari malam sebelumnya. Cukup untuk membuat saya kurang tidur hari itu, nafsu makan pun mulai berkurang namun saya tetap latihan napas dan main di atas gymball. Rasa pegal mulai menjalar dari punggung dan rasa mulas menyerang perut bagian bawah. Saya merasa si bayi lebih sering nyundul-nyundul ke arah jalan lahir sehingga pergerakan bayi di bagian atas rahim menjadi berkurang.

Sore tanggal 4 Oktober, rasa nyeri nikmat yang saya rasakan di bagian punggung menjalar ke pinggang bagian bawah. Jika saya bergerak dari posisi duduk ke berdiri, saya merasa menggembol sesuatu yang berat di bagian perut bawah. Saya yakin saat itu bahwa bayi saya sedang berusaha untuk mencari jalan lahir. Saat itu, duduk di atas gymball adalah hal yang paling nyaman untuk saya lakukan. Saat suami pulang kerja, gelombang cinta mulai datang makin intens. Dia yang sedang asyik nonton bola pun saya suruh untuk elus-elus pinggang saya setiap kontraksi datang. Malam itu saya benar-benar tidak bisa terpejam, sementara suami sudah tidur sejak jam 12 malam. Saya memutuskan untuk menggunakan gymball sebagai pengurang rasa sakit di pinggang.

Memasuki tanggal 5 Oktober dini hari, kontraksi datang makin intens dan nikmat. Sebenarnya saya ingin ke klinik pagi hari nanti saja, namun saat itu akhirnya saya memutuskan untuk membangunkan suami jam 2 pagi untuk mengantar saya ke klinik. Saat itu suami tanya, “Kamu yakin kontraksinya udah teratur? Nanti kita disuruh balik ke rumah kalo ternyata pembukaan belum nambah.” Saya hanya menjawab bahwa mules dan nyerinya sudah sangat nikmat. Dini hari jam setengah 3 kami sampai di klinik dan langsung dilakukan pemeriksaan dalam. Hasilnya, saya sudah memasuki pembukaan 8 dan akan langsung dibawa ke ruang bersalin. Saya cukup terkejut dengan hasil itu dan baru terpikir “Oh pantesan nikmat banget, ternyata sudah bukaan 8 dan sebentar lagi si bayi lahir.”

Di ruang bersalin, saya masih sempat mengabari orangtua saya bahwa saya sudah masuk ke ruang bersalin. Mama saya datang tidak lama kemudian dan kaki saya dibaluri minyak tawon kemudian dipijat lembut. Suami juga membantu memijat bagian punggung dan pinggang karena saat itu kontraksi datang makin nikmat. Tidak lama setelah itu saya merasakan refleks mengejan dan KETUBAN PECAH dengan cara menyembur dan membasahi tempat saya berbaring. Mama saya panik dan langsung memanggil bidan. Saya sendiri merasa agak lega saat ketuban pecah dengan cara menyembur seperti itu, sebelumnya saya khawatir ketuban akan pecah dini dan saya tidak menyadarinya. Alhamdulillah ketuban pecah dengan kondisi bening dan bagus. Bidan datang dan bilang bukaan sudah lengkap, hanya tinggal tunggu mulas kemudian saya disuruh ikuti dorongan untuk mengejan.

Namun, karena berbagai faktor seperti kurang tidur selama 3 hari belakangan dan kurang makan juga, saya jadi kurang maksimal dalam mengejan, padahal kepala bayi sudah di ujung. Akhirnya bidan memasang infus untuk membantu saya dalam mengejan. Dan benar saja, saya langsung mules banget dan refleks mengejan. Alhamdulillah Kaniya lahir tanggal 5 Oktober pukul 05.25 dengan proses persalinan kurang dari 3 jam sejak bukaan 8.

Kaniya memilih lahir di usia kandungan 38 minggu 3 hari dengan caranya sendiri. Alhamdulillah sesuai dengan birth plan orangtuanya, sungguh anak yang sangat pengertian, persis seperti yang selama ini saya afirmasikan ke dia selama di kandungan.

Photo_1507204423651
Kaniya 5 Oktober 2017

Setelah Kaniya lahir dan tali pusarnya dipotong, kami langsung melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selama kurang lebih 1 jam. Adalah hal yang amazing untuk saya melihat makhluk sangat kecil yang selama ini berada di rahim saya saat itu menatap saya dengan matanya yang indah. Bibirnya aktif mencari sumber makanan dan kakinya aktif memanjat perut saya (ini sangat berguna untuk meminimalisasi perdarahan pada ibu dan membantu proses pengeluaran plasenta). Saat Kaniya menyusu untuk pertama kalinya, suami saya adzan dan qomat di telinganya. Sungguh pemandangan yang luar biasa untuk saya, terekam manis sebagai kenangan terindah di memori saya. Melihat dua orang yang paling saya cintai membuat rasa sakit nikmat saat persalinan tadi hilang seketika. Saat dijahit sebanyak 3 jahitan pun saya tidak merasa sakit sama sekali, hanya ngilu sedikit hehe. Intinya, perjuangan selama persalinan terbayar tunai saat melihat bayi yang saya lahirkan sehat wal afiat, bonus cantik dan pinter nyusunya.

Alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillah, sungguh pengalaman persalinan yang luar biasa. Saya berhasil memberdayakan diri untuk melalui persalinan yang nyaman dan minim trauma, meski masih diingatkan suami terus untuk napas panjang dan jangan ngeluh. Peran pasangan saat persalinan sangat penting, di saat rasanya kita udah gak kuat, dialah yang mengingatkan dan memberikan afirmasi positif “kamu bisa, pasti bisa”. Saat persalinan, saat saya mulai mengeluh sakit, suami mengingatkan untuk istighfar dan napas panjang, hal itulah yang membantu proses gentle birth yang sebenar-benarnya. Dan alhamdulillah di usianya yang menginjak 2 bulan ini, Kaniya termasuk bayi yang tenang dan minim rewel. Ia hanya menangis saat sudah sangat lapar/haus dan merasa sakit/tidak nyaman. Saat ini jam tidurnya pun sangat membantu saya untuk nyenyak tidur malam. Saya sangat mensyukurinya. Mungkin memang benar, bayi yang sejak dalam kandungan terbiasa dengan afirmasi positif dan dilahirkan dengan pemberdayaan kedua orangtuanya melalui gentle birth, lebih minim rewelnya. Semoga sehat selalu ya, putri kecilku.

Saat ini saatnya menyambut masa-masa mengASIhi dengan penuh riang gembira. Wish me luck! Meski kadang kok rasanya suka tiba-tiba melow gitu trus sensitip kek tespek, ternyata memang itu normal untuk ibu yang baru melahirkan. Semoga Kaniya sehat terus, pinter nyusunya, dan saya bisa terus kasih yang terbaik untuk Kaniya. Amiiin 😇 Semoga bumil-bumil yang sedang menanti kelahiran debaynya juga dimudahkan proses persalinannya yaaa. Apapun dan bagaimanapun proses kelahirannya, setiap ibu itu hebat. Terlepas dari cara persalinannya, seorang ibu tetap pejuang dan yang terbaik untuk anaknya. Tetap semangats bumil dan busui di luar sanaaa, perjuangan baru dimulai! 😄

rikaamelina

A mom who love writing review on blog and social media.

Recommended Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *